Indonesia 0-4 Thailand; Remuk Digempur Gajah

(AFF 2020)

Khayalak pecinta timnas Indonesia kembali diempaskan ke bumi dan bersemuka dengan realitas sesungguhnya. Keyakinan bermodalkan 4 kemenangan dan dua kali draw, serta status juara fase grup, ternyata tak cukup untuk menandingi Thailand. Indonesia menyerah 0-4 pada leg pertama final Piala AFF 2020 tadi malam.

Kecewa sudah barang tentu, walau ini bukan yang pertama. Memang belum paripurna karena masih ada leg kedua. Kans untuk juara belum tertutup meski sangat-sangat kecil, jika tak tega menyebut mustahil. Bahkan pelatih Shin Tae-yong (STY) pesimistis kendati dia dan pasukan mudanya belum lempar handuk. STY mengatakan apapun bisa terjadi pada leg kedua karena bola itu bundar. Sebuah komentar yang cukup klise. Ya begitulah, realitas dan logika memang menyatakan Indonesia harus rela jadi runners-up keenam kalinya di AFF, tapi bisa juga juara jika semesta berkehendak menghadirkan keajaiban.

Continue reading “Indonesia 0-4 Thailand; Remuk Digempur Gajah”

Indonesia 4-2 Singapura; Pertarungan Mental

Skor akhir Indonesia 4-2 Singapura (AFF 2020)

Saya tidak ingat ada berapa banyak pertandingan segila dan seaneh laga Indonesia vs Singapura tadi malam. Minimal di strata elite belahan dunia lain. Yang pasti, partai leg 2 semifinal Piala AFF 2020 Indonesia vs Singapura tadi malam adalah salah satu laga tergila yang pernah saya tonton. Jika Anda adalah suporter satu di antara dua semifinalis itu, saya yakin emosi Anda akan naik turun bak kereta luncur rollercoaster.

Bagaimana tidak; tiga kartu merah dan enam gol lahir di laga itu. Boleh jadi, itu semua muncul lantaran ini adalah laga penentu langkah. Kalah berarti “mati” dan masuk kotak, sedangkan menang bermakna “hidup” serta melaju ke final. Tentu saja pil pahit bagi Singapura yang dipaksa jadi penonton di sisa home tournament-nya. Adapun Indonesia menegaskan statusnya sebagai langganan finalis Piala AFF karena ini akan menjadi edisi keenam.

Continue reading “Indonesia 4-2 Singapura; Pertarungan Mental”

Singapura 1 Indonesia 1; Kesalahan Kecil STY dan Solusi Yoshida

(AFF Suzuki 2020)

Indonesia dipaksa bermain 1-1 dengan Singapura dalam leg 1 semifinal Piala AFF 2020 tadi malam. Bukan hasil yang buruk, tapi tentu merugikan bagi Indonesia karena Singapura tidaklah istimewa. Pasukan Tatsuma Yoshida itu kurang lebih selevel dengan kualitas Malaysia yang disingkirkan Indonesia 1-4 tempo hari.

Berbeda dengan penampilan melawan Malaysia, kali ini Indonesia tampil dengan tempo sedang. Bahkan ada kesan, Asnawi Mangkualam dkk. tidak berniat menguasai permainan. Uniknya, begitu pula Singapura. Situasi ini bisa diduga sejak awal hanya dengan melihat skema dasar kedua tim. Indonesia menggunakan skema dasar 5-4-1 dan Singapura memakai 5-3-2.

Continue reading “Singapura 1 Indonesia 1; Kesalahan Kecil STY dan Solusi Yoshida”

Indonesia Sikat Malaysia, tapi Tak Perlu Jemawa

Pelatih Indonesia, Shin Tae-yong, pasca mengalahkan Malaysia 4-1 (Vidio)

Kegembiraan pasti membuncah ketika timnas Indonesia bisa melaju ke semifinal turnamen AFF 2020. Apalagi, laju itu dilakukan dengan menyisihkan Malaysia –tetangga serumpun– yang selama ini kerap menjadi pertarungan gengsi. Ditambah Indonesia menang telak 4-1 dengan permainan yang secara umum relatif cukup asyik ditonton. Lantas, skuad Garuda juga keluar sebagai juara Grup A.

Jadi, kalau banyak warga Indonesia bersuka ria masih bisa dimaklumi. Sudah lama mereka menantikan kabar baik ini. Menang 4-1, menyisihkan Malaysia, menjadi juara grup, dan lolos ke semifinal. Namun, ini belum selesai. Pasukan Shin Tae-yong (STY) belum juara, mereka masih punya dua pertandingan (leg ganda semifinal) yang harus dimainkan. Andai lolos ke final, Evan Dimas dkk. juga masih perlu melakoni leg kembar. Jadi, tak perlu jemawa. Tak usah over confidence. Takabur pula jika meremehkan Singapura yang akan menjadi lawan di semifinal sebab siapapun yang lolos dari grup sebuah turnamen sudah pasti punya kualitas.

Continue reading “Indonesia Sikat Malaysia, tapi Tak Perlu Jemawa”

Indonesia kalahkan Kamboja dan Laos, lantas apa

PSSI/Vidio

Timnas Indonesia memulai AFF 2021 dengan positif. Iya positif secara hasil. Indonesia mengalahkan Kamboja 4-2 dan Laos 5-1. Itu hasil yang semestinya karena menundukkan Kamboja dan Laos adalah keniscayaan. Sebuah kewajaran.

Nah, bagaimana menangnya dan berapa gol yang selayaknya dicetak itulah yang biasanya jadi rasanrasan. Mainnya bagus atau tidak, menarik untuk dilihat atau tidak, dan seterusnya. Saya cuma menyayangkan, bahkan gregetan, karena dua kemenangan itu tidak dibarengi clean sheet. Bahkan Laos pun bisa mencetak gol pertamanya di AFF 2021 saat melawan Indonesia.

Sudah jelas bahwa pekerjaan rumah yang belum diselesaikan sepenuhnya adalah soal bertahan. PR itu makin mendesak untuk diselesaikan karena dua laga tersisa Indonesia di fase grup AFF 2021 adalah melawan tim kuat Vietnam dan Malaysia. Melawan dua tim ini, tak mungkin bermodalkan standar permainan level Kamboja dan Laos.

Continue reading “Indonesia kalahkan Kamboja dan Laos, lantas apa”

Bisa Apa Ralf Rangnick di Man United

Ralf Rangnick sewaktu di kursi pelatih RB Leipzig, segera jadi pelatih Man United – by Steffen Prößdorf is licensed under CC BY-SA 4.0

Manchester United (Man United) mendatangkan sosok senior nan inovatif, Ralf Rangnick, untuk membenahi kekacauan mereka. Belum ada tanda tangan kontrak, tapi Rangnick sudah ditunjuk. Dengan segala latar belakangnya, Rangnick diharapkan bisa menjadi jawaban bagi stabilitas Man United yang hilang sejak legenda Sir Alex Ferguson lengser pada 2013.

Bisakah Rangnick menjawab itu? Apalagi kontraknya sebagai pelatih cuma enam bulan atau sampai Mei 2022, sesuatu yang bikin sebagian orang bertanya-tanya. Orang Jerman 63 tahun ini kelihatannya sekarang fokus ke konsultan, bukan lagi sebagai pelatih yang penuh dengan pressure tinggi dan selalu dihantui pemecatan. Situasi itu pula yang membuatnya harus membuktikan diri demi mengantongi visa kerja di Inggris di depan panel independen FA.

Rangnick memang masih sempat menjadi pelatih, tapi bukan dalam masa beruntun. Misalnya tidak dalam lima tahun beruntun, seperti syarat aturan Kemendagri Inggris untuk orang asing yang ingin bekerja sebagai pelatih sepak bola di sana. Periode akhir Rangnick mengecap kursi pelatih adalah bersama RB Leipzig dalam dua masa, masing-masing satu musim — 2015-2016 dan 2018-2019.

Continue reading “Bisa Apa Ralf Rangnick di Man United”